Skandal Nonjob ASN Jambi, 2 dari 13 Korban Mengaku Dipaksa Mundur, dan Surat Pengunduran Diri Dipalsukan

Skandal Nonjob ASN Jambi, 2 dari 13 Korban Mengaku Dipaksa Mundur, dan Surat Pengunduran Diri Dipalsukan

JAMBICORNER.COM, JAMBI – Kisruh pemecatan dan penonaktifan mendadak terhadap 13 Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Provinsi Jambi terus menuai sorotan tajam. Kini satu per satu korban mulai angkat bicara, membongkar dugaan manipulasi surat pengunduran diri hingga intimidasi dari oknum pejabat tinggi.

Salah satu ASN yang menjadi korban, Dedy Andyansyah, secara terbuka mengaku dirinya menjadi korban dari skenario nonjob yang terstruktur dan sistematis. Dalam konferensi pers, Dedy mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah membuat atau menandatangani surat pengunduran diri. Anehnya, surat itu muncul atas namanya. 

Surat itu, lanjutnya diketahui tertanggal 2 Juli 2025 dari sang petinggi lingkup pemprov, hanya beberapa hari setelah pelantikan serentak pejabat Pemprov Jambi pada 13 Juni 2025.

“Saya baru tahu tanggal 2 Juli setelah ada telepon masuk,” ujarnya. Dedy menambahkan bahwa sebelum kabar itu mencuat, dirinya sempat ditelepon oleh seorang pejabat penting di lingkungan Pemprov Jambi. Meski tak menyebut nama, Dedy menirukan isi percakapan yang terkesan intimidatif.

“Dah-dah lah jangan banyak anu, kagek kau balek lagi, begitu lah bahasanya,” katanya menirukan ucapan sang pejabat.

Tak tinggal diam, Dedy langsung mendatangi Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jambi. Di sana ia berupaya mencari kejelasan. Namun, ia tidak berhasil bertemu Kepala BKD, dan hanya sempat berdiskusi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang Mutasi.

“Saya datang langsung ke BKD, tapi kepala badan tidak ada. Akhirnya saya hanya ketemu dengan sekban dan kabid mutasi,” jelasnya.

Kisah serupa juga dialami ASN lainnya, Syafrial, yang merasa surat pengunduran dirinya penuh kebohongan dan sangat tidak masuk akal. Dalam surat tersebut tertulis bahwa Syafrial mengundurkan diri karena ingin fokus merawat orang tua yang sakit. Namun fakta berkata lain: seluruh orang tua Syafrial, termasuk mertua, telah lama meninggal dunia.

“Orang tua saya sudah meninggal semua. Ayah saya meninggal tahun 1990, ibu tahun 2020. Mertua saya pun sudah tiada sejak 2006 dan 2010,” ungkapnya dengan nada getir.

Syafrial merasa dihina oleh alasan palsu yang dicantumkan dalam surat itu. “Kalau bisa, alasannya jangan dibikin seperti itu lah, lebih baik ditulis saya ngurus ayam saja,” sindirnya dengan raut kecewa.